Ambisius Dan Lupa Etika Berorganisasi Melahirkan Perpecahan

Akhlakul karim : Tak Paham Berorganisasi Menimbulkan Gesekan Dan Menimbulkan Matahari Kembar

Akhlakul karim,sekjen PERMATA (Perkumpulan masyarakat Transmigrasi) berbincang santai Dengan para awak media di Jakarta

Jakarta, (merah-putih terkini.com ) Hampir setahun wartawan media online merah-putih terkini.com tidak berkunjung ke kantor Akhlakul karim Sekjen Permata  (perkumpulan masyarakat Transmigrasi) di lantai 9 Tower b MGK kemayoran Jakarta, untuk meminta pendapatnya mengenai perpecahan Pengurus Organisasi masyarakat dan organisasi partai Politik, berikut pendapat Akhlakul karim " menurut saya adalah sebagai berikut:

pertama, banyak anggota dan pengurus organisasi tidak paham tupoksi jabatan organisasi, sehingga mengesampingkan Peran pengurus lainya, contohnya adalah saat ketua atau sekretaris masing masing putus komonikasi maka organisasi akan setagnan, diperparah masing masing merasa paling berperan, padahal tugas ketua bisa di delegasikan ke para wakil ketua, sekertaris jendral memenej pembagian tugas, maka organisasi akan berjalan dengan baik.

kedua Ambisius, nah dipoin ini bila poin pertama terjadi masing masing merasa paling, yaitu paling berperan, paling aktif dan paling mengecilkan tugas dan kewenangan pengurus lain.

ketiga, Etika Berorganisasi, disini kita lupa sopan santun, bahwa ketua organisasi adalah bapaknya pengurus, sementara sekretaris jendral Permata seperti saya ini adalah istrinya ketua Umum, sehingga apa pun kebijakan pendelegasian dan keputusan organisasi harus dilaporkan ke ketua umum, maka saat gagalnya program kerja dan program konsolidasi Organisasi adalah gagalnya ketua umum dan Sekjen.

oleh karena itu, kegagalan berorganisasi, akan melahirkan organisasi organisasi baru, baik parpol baru, ormas baru maupun peguyuban baru, hal ini pernah saya temui dalam rapat pertemuan forum tertentu, yang diutus adalah sekjen organisasi tersebut, artinya kedatangan rapat mewakili pengurus, namun saat pembentukan panitia atau kesepakatan tentunya, kehadirannya lekat mewakili organisasi yang diwakili, bukan selaku pribadi, nah contoh ini membentuk tim 11 umpamanya, tim 11 yang diminta 1 personil dari setiap utusan organisasi, tapi dia merasa lebih aktif dari ketuanya, maka dia mengusulkan namanya pribadi, bukan ketua organisasi yang diwakilinya, inikan rusak mekanismenya seolah olah ini ada matahari kembar dalam berorganisasi, harusnya sekretaris tersebut tetap mengusulkan ketuanya, walaupun kedepannya yang mewakili tetap sekretarisnya. parahnya lagi kesepakatan tim 11 terbentuk masih mengusulkan nama orang lain yang tak hadir dalam rapat terebut akhirnya jadi 12 nah ini orang yang ingin cari panggung dan harus di evaluasi oleh ketua organisasi yang mengutusnya.

terakhir apabila undangan mewakili organisasi tentunya yang hadir kapasitasnya adalah dari organisasi, bukan memperjuangkan kepentingan pribadi, jadi tidak kelihatan kepentingan politik siapa saja dalam berorganisasi, contoh : saya ketua Partai Keadilan dan persatuan Provinsi Riau, dalam forum rapat mewakili peguyuban saya tidak boleh bicara kepentingan pribadi saya, tapi bicara kepentingan peguyuban yang saya wakili, begitu juga saat saya mewakili BUMN atau BUMD umpamanya saya tidak boleh bicara kontek politik praktis. dan menunggangi oknum oknum pengurus lainya, inilah yang terjadi saat ini di organisasi sekitar kita, baik organisasi masyarakat, paguyuban dan partai Politik.

 


[Ikuti Merahputihterkini.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar