Nasional

Debat ke 4 : Wita Fitrianti,S.H.,M.Kn perlunya Policy Pemerintah mengatasi dampak Inflasi Hijau terhadap ekonomi indonesia

Photo fitafitrianti, caleg DPR RI partai gerinda

Jakarta-merahputihterkini.com- Dalam debat ke 4 Cawapres, Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka memberikan pertanyaan terkait inflasi hijau atau green inflation kepada cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.  Pertanyaan tersebut disampaikan Gibran dalam debat ke-4 Cawapres di Senayan JCC, Minggu (21/1/2024).

Terkait debat tadi malam, Caleg DPR RI dapil Riau 2 Hj. Wita Fitrianti,S.H.,M.Kn ikut mengomentari pernyataan Cawapres no urut 3. Yang menyatakan dalam akademis pertanyaan Gibran adalah pertanyaan receh. Sebaliknya, pertanyaan Gibran tentang Greeninflation sangat diperlukan karena melihat bagaimana seorang calon pemimpin memahami dan mengatasi dampak greeninflation, dimana teknologi ramah lingkungan ini diperlukan guna menjaga keberlangsungan ekosistem dibumi. Tegas wita fitrianti.

Perkembangan ini menggambarkan paradoks penting dalam perjuangan melawan perubahan iklim, semakin cepat dan mendesak peralihan menuju perekonomian yang lebih ramah lingkungan, maka semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan dalam jangka pendek. Tentunya diperlukan regulasi dan kebijakan pemerintah dalam menjaga lingkungan. Terangnya.

Saat pemerintah terus menggaungkan perubahan transisi energi ke energi terbarukan, akan ada beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga.

Harga komoditi ekspor seperti timah, nikel hingga tembaga terus akan mengalami kenaikan yang signifikan karena permintaan tinggi.

Harga logam seperti timah, aluminum, terus meningkat hingga 91 persen tahun ini. Dimana logam-logam ini digunakan dalam teknologi yang merupakan bagian dari transisi energi menuju energi terbarukan.

Tentunya hal ini akan meningkatkan biaya produksi sehingga untuk memberikan kompensasi, maka harga jadi dan proses transportasi akan dinaikan. Kegiatan ini tentu akan mempengaruhi inflasi global yang ditarget mencapai 2 persen per tahun yang merupakan nilai wajar.

Seiring semakin banyak industri yang beralih ke teknologi rendah emisi, inflasi hijau akan memberikan tekanan pada harga berbagai produk selama masa transisi. Jelas wanita bercadar dalam kesehariannya.

Lantas, apa itu green inflation?

Dilansir dari Philonomist, green inflation atau greenflation mengacu pada kenaikan harga material mentah dan energi sebagai akibat dari transisi hijau.

Green inflation mencerminkan pengertian bahwa kenaikan harga dapat bersifat jangka panjang, seiring dengan upaya negara-negara untuk memenuhi komitmen untuk menjaga lingkungan dengan melakukan transisi penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.

Sementara, dilansir dari Euronews, green inflation adalah kenaikan harga barang akibat kebijakan lingkungan yang dibuat demi mengusung transisi ke energi hijau. Saat melakukan transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, maka akan ada peningkatan permintaan pasar sehingga harga akan naik menyesuaikan dengan supply barang yang tersedia.

Secara umum dalam dunia pasar, inflasi hijau (green inflation) yaitu kontribusi kebijakan lingkungan terhadap biaya penyediaan barang dan jasa yang diteruskan melalui rantai pasokan ke harga konsumen.


[Ikuti Merahputihterkini.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar